Ituterungkap dalam suatu percakapan pastoral karena pasangan tersebut di ambang perceraian padahal anak-anak mereka (yang berjumlah 5 orang ) sudah mulai berangkat dewasa. Adalah seorang yang telah diselamatkan dan mengalami panggilan YAHWEH ELOHIM berdasarkan maksud kasih karunia-Nya sendiri untuk melayani jiwa-jiwa di ladang penginjilanPuji Astuti Official Writer 20980 Keluaran 1526Firman-Nya "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau."Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 33; Kisah Para Rasul 5; Keluaran 15-16Kalau kita baca Keluaran 16, kita akan mendapatkan gambaran seperti apakah Allah kita yang disebut sebagai Yehova Rapha. Nama ini dinyatakan oleh Tuhan kepada umat Israel saat Tuhan memimpin Musa dan bangsa itu melewati Mara. Di pasal 15 ada sebuah bagian yang dalam Alkitab NIV versi Bible Study diberi judul "Air yang pahit dibuat manis". Mari kita baca ayat 22-26 dan menggali harta karun dari kisah ini Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka "Apakah yang akan kami minum?"Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka, firman-Nya "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau."Orang Israel haus dan butuh minum, baik bagi mereka maupun ternak mereka. Ketika tiba di Mara, air disana pahit, mereka mulai mengeluh kepada Musa tentang kondisi air yang buruk itu. Musa datang pada Tuhan untuk meminta bantuan. Tuhan akhirnya campur tangan dan memakai sepotong kayu untuk membuat air itu menjadi manis dan kemudian Tuhan seperti mengganti topik pembicaraan. Dia kemudian berbicara tentang penyakit dan tulah yang Tuhan jatuhkan atas Mesir. Tuhan sangat jelas bicara dengan orang Israel tentang mencegah beberapa penyakit dan tulah agar tidak terjadi atas mereka. Jika mereka taat kepada Tuhan, Dia akan menyembuhkan sakit penyakit mereka dan menjadi Yehova Rapha. Saya percaya bahwa air yang pahit adalah sebuah simbol tentang kondisi hati orang Israel saat itu. Mereka sangat menderita di Mesir dan mereka sangat senang bisa pergi dari tanah perbudakan itu. Tetapi hidup dalam kemerdekaan itu tidak mudah seperti yang mereka harapkan; mereka harus bersandar pada Tuhan sepenuhnya untuk segala hal dan dalam segala kondisi. Kondisi sulit yang mereka hadapi membuat hati mereka pahit dan Tuhan ingin menyembuhkan kondisi bangsa Israel itu. Sayangnya, di pasal 16, kita mendapati bahwa Bangsa Israel malah ingin kembali ke coba aplikasikan pelajaran ini dengan kondisi hati kita saat ini. Aku mengajak kamu untuk mengijinkan Yehova Rapha, Allah Penyembuh itu untuk memeriksa hatimu. Apakah kamu dan saya seperti Bangsa Israel juga? Apakah kita mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk meraih mimpi-mimpi kita? Ketika waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita, apakah kita marah pada-Nya? Ketika kita lihat hidup orang lain sepertinya lebih bahagia, apakah kita bersungut-sungut kepada Tuhan dan berpikir bahwa Tuhan marah sama kita? Jika kita melakukan beberapa atau salah satu hal di atas, maka kita harus bertobat, datang kepada Tuhan dan meminta Yehova Rapha, Tabib Ajaib dan Juru Selamat kita itu, yaitu Yesus Kristus untuk menyembuhkan kita. Ijinkan Tuhan memulihkan setiap pahit di hatimu menjadi sebuah sumber air yang manis, agar aliran-aliran air yang mengalir keluar dari hidup kita dapat menjadi berkat bagi banyak Yesus, ampuni aku jika aku ijinkan keluhan, sakit hati dan kekecewaan membuah hatiku menjadi pahit. Hari ini Tuhan, aku mohon agar Engkau menjamahku dan memulihkan hatiku dan hidupku. Buatlah hatiku mengalirkan air yang manis dan menyegarkan sehingga aku bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Di dalam Yesus Kristus. Amin. Copyright © Leah Adams 2010. Digunakan dengan Izin Padaminggu yang lalu, saya menutup pembahasan dengan menguraikan pokok tentang Yesus sebagai pengantara kita. Hari ini kita akan membahas pokok tersebut dengan lebih seksama. Kita akan melihat Perjanjian Lama dan menelusuri pokok tentang syafaat ini. Mari kita lihat Amsal 25:28.
Asal Mula Nama Yahweh yang Mulai Terungkap Oleh ARCHA Aktifis Al-Qur’an bercerita tentang pertemuan nabi Musa dengan Tuhan, ketika beliau keluar dari negeri Madyan untuk kembali ke Mesir. Di perjalanan, Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada Musa. Al-Qur’an memuat kisah ini dalam 2 rangkaian ayat yaitu pada [QS 2829-30] dan [QS 20 9-14] [2829] Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya “Tunggulah di sini, sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari tempat api itu atau membawa sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan”.[2830] Maka tatkala Musa sampai ke tempat api itu, diserulah dia dari arah pinggir lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam innii anaa allaahu rabbu al’aalamiina[209] Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? [2010] Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya “Tinggallah kamu di sini, sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu”. [2011] Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil “Hai Musa. [2012] Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. [2013] Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. [2014] Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku innanii anaa allaahu laa ilaaha illaa anaa fau’budnii wa-aqimi alshshalaata lidzikrii. Secara jelas Al-Qur’an menginformasikan bahwa Tuhan memperkenalkan diri-Nya dengan nama Allah’ yang tiada ilah’ selain diri-Nya. Informasi ini menunjukkan bahwa nama tersebut merupakan proper name dari Tuhan, bukan suatu istilah atau nama jabatan. Kita menemukan catatan alkitab terhadap peristiwa yang sama pada kitab Keluaran 32-14, dengan gaya bahasa yang sangat manusiawi’ dan sedikit agak complicated’ Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata “Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” . Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya “Musa, Musa!” dan ia menjawab “Ya, Allah.” Lalu Ia berfirman “Janganlah datang dekat-dekat tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.” Lagi Ia berfirman “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. Dan TUHAN berfirman “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.” Tetapi Musa berkata kepada Allah “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Lalu firman-Nya “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.” Lalu Musa berkata kepada Allah “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku bagaimana tentang nama-Nya? –apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Firman Allah kepada Musa “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Dalam rangkaian cerita ini terlihat pemakaian istilah untuk Tuhan dengan bermacam-macam sebutan Malaikat TUHAN, Allah dan TUHAN. Dalam terminologi Kristen, kata Allah adalah nama jabatan, sedangkan kata TUHAN merupakan terjemahan dari nama diri YHWH sebagian Kristen melafadzkannya dengan Yahweh, sebagian lain Yehova atau Jehova. Tidak jelas apakah ketika Tuhan akan bertemu dengan Musa, malaikatnya mempersiapkan jalan’ terlebih dahulu, lalu baru Tuhan muncul dan menyapa Musa, dan agak aneh juga ketika Musa menjawab ya Allah’, maksudnya tentunya ya Tuhan’ untuk menunjukkan bahwa Musa sudah mengerti yang menyapanya adalah Tuhan, dan dialog nggak nyambung’ kembali terjadi ketika Tuhan melanjutkan dengan Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub’, tentunya ini diartikan Akulah Tuhan dari nenek-moyangmu sebelumnya’. Lagi-lagi dialog ini terlihat tidak nyambung karena dari jawabannya, Musa sudah mengetahui bahwa yang menyapanya adalah Tuhan, artinya Musa tentu memahami kalau Tuhan tersebut juga merupakan Tuhan dari nenek-moyangnya, kecuali kalau Musa memang belum mengerti. Setelah Tuhan menjelaskan siapa diri-Nya dan melanjutkan adanya perintah agar Musa untuk menyelamatkan kaumnya dari siksaan Fir’aun di Mesir, Musa terkesan ragu dan keraguannya tersebut bukan terkait dengan Fir’aun yang akan dihadapi, tapi justru ditujukan kepada kaumnya sendiri, Musa mengatakan apabila aku mendapatkan orang Israel’ menunjukkan prediksi dia bahwa amanat yang akan dia lakukan akan mendapat tantangan dari kaum Israel sendiri, dan tantangan tersebut terkait dengan siapa yang menyuruh Musa’. Kembali dialog terlihat aneh karena Tuhan sudah menyatakan bahwa Dia adalah Tuhannya nenek-moyang Musa sekaligus merupakan Tuhan dari kaum Israel yang akan diselamatkan, lalu mengapa Musa masih meragukan sikap dari kaumnya sendiri..??. Sebagian tafsir Kristen mengungkapkan perkataan Musa selanjutnya soal pertanyaan tentang nama Tuhan “mah shemo?” [siapakah nama-Nya]. Dalam tata bahasa Ibrani, untuk menanyakan sesuatu atau seseorang, biasanya digunakan bentuk tanya “mi?” Namun penggunaan kata “ma” , bukan hanya bermaksud menanyakan nama secara literal namun hakikat atau pribadi dibalik nama itu. Lalu Tuhan menjawab Aku adalah Aku’ dan Akulah Aku yang mengutus kamu’. Lebih lanjut penafsiran dari link tersebut “Ehyeh Asyer Ehyeh” yang artinya “AKU ADA YANG AKU ADA”. Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan, “AKU ADALAH AKU”. Terjemahan ini tidak tepat. Jika “AKU ADALAH AKU”, seharusnya teks Ibrani tertulis “Anokhi hayah Anokhi”. Kata “EHYEH”, merupakan bentuk kata kerja imperfek [menyatakan sesuatu yang sedang berlangsung atau belum selesai] dari akar kata “HAYAH”. G. Johanes Boterweck dan Helmer Ringren dalam Theological Dictionary of The Old Testament menjelaskan, bahwa kata “Hayah” digunakan dalam Perjanjian Lama dan diterjemahkan dengan opsi sbb {1} “Exist, be Present” [Ada, Hadir] {2}”Come into Being” [menjadi] {3} Auxilaries Verb [kata kerja bantu][f2]. DR. Harun Hadiwyono dalam bukunya Iman Kristen, menyatakan bahwa kata “Ehyeh” bermakna “Aku Berada” . Namun saya lebih cenderung menerjemahkannya menjadi “AKU [AKAN] ADA”. Penafsiran tersebut menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyatakan nama diri-Nya, hal ini berbeda dengan informasi Al-Qur’an yang menyatakannya dengan jelas bahwa Tuhan yang dimaksud adalah Allah. Penyebutan nama Tuhan berdasarkan Al-Qur’an tersebut juga bukan berasal dari pertanyaan Musa yang ragu akan sikap kaumnya, tapi merupakan inisiatif’ Tuhan sendiri. Al-Qur’an mencatat kekhawatiran Musa tertuju kepada Fir’aun, bukan kepada sikap kaumnya [2045] Berkatalah mereka berdua “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas”. [2046] Allah berfirman “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”. Alkitab melanjutkan cerita bahwa pengenalan nama Tuhan dilakukan setelah Musa dan Harun menghadap Fir’aun dan meminta agar dia membebaskan kaum Israel dari penindasan, lalu Fir’aun bereaksi mempersulit pekerjaan kaum Israel Keluaran 56-19 sehingga membuat Bani Israel berbalik menyalahkan Musa Keluaran 520-21 lalu akibatnya Musa memprotes’ Tuhan Keluaran 5 22-23. Setelah itu Tuhan menjanjikan bahwa Dia akan menaklukkan Fir’aun Keluaran 61 lalu dilanjutkan dengan proklamasi’ nama Tuhan secara berulang-ulang Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa “Akulah TUHAN. Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri. Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing, tetapi Aku sudah mendengar juga erang orang Israel yang telah diperbudak oleh orang Mesir, dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku. Sebab itu katakanlah kepada orang Israel Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat. Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir. Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN.” Kata TUHAN merupakan terjemahan dari YHWH, suatu nama yang dianggap merupakan nama diri Tuhan dalam kekristenan. Kisah ini menjelaskan bahwa jawaban Tuhan sebelumnya atas keraguan Musa terhadap umatnya tidak bekerja dengan efektif, pernyataan Aku adalah Aku’ tidak bisa meyakinkan orang-orang Israel begitu mereka mendapat tekanan dari Fir’aun sehingga Tuhan kembali menjelaskan siap diri-Nya dengan menyatakan nama dirinya YHWH, lalu dilanjutkan dengan janji-janji bahwa kaum Israel yang mau mengikuti Musa akan dibebaskan dari perbudakan dan diberikan negeri yang dijanjikan kepada nenek-moyang mereka. Ada satu pernyataan yang menarik disini, ketika Tuhan menegaskan bahwa nama YHWH tersebut belum dinyatakan kepada Abraham, Ishak dan Yakub sekalipun Tuhan telah membuat perjanjian dengan mereka. Lalu dengan memakai nama apa Tuhan membuat perjanjian..?? Katakanlah ada 2 pihak membuat perjanjian, seharusnya masing-masing pihak mencantumkan nama jelas yang menunjukkan identitasnya, lalu keduanya membubuhkan tanda-tangan diatas materai sebagai suatu ikatan yang mengikat bagi masing-masing. Sangat aneh kalau ada salah satu pihak tidak mencantumkan nama jelasnya, itu bukanlah suatu perjanjian. Dan lebih hebatnya lagi, kaum Israel tetap tidak mempercayai nama yang disampaikan Musa Keluaran 69 Alkitab memuat informasi simpang-siur tentang kapan nama YHWH pertama kali diperkenalkan, saya sudah menulisnya disini Persoalan ini memunculkan banyak teori dari kalangan Kristen sendiri, dan tidak ada satu pihakpun yang bisa memastikan mana dari pendapat mereka yang benar. Teori pertama, dikemukakan oleh John Menurutnya, para Patriakh atau leluhur Israel, belum mengenal nama Yahweh. Mereka hanya mengenal nama El Shaday. Nama Yahweh baru diungkapkan melalui Musa. Nama Yahweh diambil dari suku Keni dan Midian yang sudah tinggal lama di Horeb. Kemudian nama Yahweh diadopsi menjadi nama bagi Tuhan Israel. Teori kedua, dikemukakan oleh Thomas Scott dan Robert Jamieson. Menurutnya, ungkapan dalam Keluaran 63, bukan suatu pernyataan melainkan suatu bentuk pertanyaan, sehingga menghasilkan bentuk kalimat, “Namun dengan Nama-Ku Yahweh, belumkah/tidakkah Aku memperkenalkan diri pada mereka?”. Teori ketiga dari Henry Cowles. Dia menjelaskan bahwa Keluaran 63 merupakan kehadiran pewahyuan secara khusus mengenai nama Yahweh, namun bukan berarti untuk pertama kalinya nama Yahweh itu didengar oleh para leluhur Israel. Si penulis lalu menyatakan keberpihakannya kepada teori ketiga dengan menyatakan Beberapa kesimpulan penting yang dapat kita peroleh dari kajian singkat ini adalah Pertama, nama Yahweh sudah dikenal sejak zaman Adam [Kej 27], Enos [Kej 426] dan leluhur Israel Namun pada zaman Abraham, Yitshaq dan Yakob, sebutan El Shadai lebih populer dan familiar untuk menyebut nama Yahweh. Kedua, nama Yahweh disingkapkan secara definit dan ekslusif pada Musa demi tugas perutusannya. Nama Yahweh dihubungkan sebagai nama yang membebaskan Israel dari perbudakan Mesir, nama yang dihubungkan sebagai pemberi Torah bagi Israel. Ketiga, makna kata “tidak” atau “belum” dalam Keluaran 62, bukan bermakna bahwa nama Yahweh sama sekali tidak dikenal. Merujuk pada pengalaman Hagar, yang menamakan Yahweh yang memberi air di padang gurun, sebagai El Roi, maka nama Yahweh sesungguhnya telah dikenal namun lebih familiar dengan sebutan-sebutan pengganti, untuk mensifatkan karakter dan karya-Nya. Dalam diskusi dengan penulis yang bersangkutan, saya menerima jawaban mengapa sampai nama YHWH tersebut tidak familiar dan populer pada jalan manusia sebelum Musa, jawabannya adalah ”Karena manusia semakin jauh terpisah dari Tuhan Kej 324 maka bukan hanya mengakibatkan disorientasi hubungan personal dengannya melainkan pengetahuan mengenai nama pribadinya”. Ini jelas merupakan alasan yang kembali menimbulkan tanda-tanya 1. Karena Kejadian 324 menceritakan Adam dan Hawa, kalau alasan tersebut yang dipakai maka seharusnya pihak yang lupa’ dengan nama Tuhannya adalah Adam dan Hawa, namun pada Kejadian 41 justru Hawa-lah yang dinyatakan menyebut nama tersebut. 2. Kalau terkait dengan soal popularitas maka tentunya harus dijelaskan berapa banyak manusia sebelum jaman Musa yang bertindak jauh dari Tuhan dan berapa banyak yang merupakan hamba-Nya yang taat. Hal ini tidak bisa digeneralisir karena toh nama YHWH dikatakan sudah dikenal. Jelas alasan yang dikemukakan sangat lemah, dan teori-teori yang muncul disekitar simpang-siur informasi kapan nama YHWH tersebut pertama kali diperkenalkan tetap menjadi tanda-tanya… Asal-mula nama YHWH dan temuan Arkeologi Dari persepektif Islam, akan muncul pertanyaan ” Kalau Al-Qur’an menyatakan nama tersebut adalah Allah’ sedangkan alkitab menjelaskan nama YHWH, lalu darimana asalnya nama YHWH tersebut..??”. Indikasi tentang asal-mula nama ini bisa kita dapatkan pada temuan arkeologi berupa prasasti yang dibuat dijaman Fir’aun Amenhotep III Prasasti Amenhotep III Diperkirakan prasasti tersebut dibuat tahun 1400 BC pada pemerintahan Fir’aun Amenhotep III. Fir’aun ini termasuk salah seorang raja Mesir dari generasi ke-18, yaitu suatu generasi raja-raja Mesir yang berhasil melakukan perluasan wilayah kekuasaan menyebar sampai ke wilayah Syria dan Palestina sehingga terbuka kemungkinan untuk berinteraksi dengan suku-suku nomaden yang mendiami wilayah tersebut. Orang Mesir menjuluki suku-suku nomaden tersebut dengan Shahu’. Al-Qur’an dan alkitab mengindikasikan bahwa Shahu ini merupakan kelompok-kelompok penyembah berhala [QS 7138] dan Keluaran 2323-24. Prasasti tersebut mengidentifikasi salah satu Shahu yang berada diwilayah Palestina dengan sebutan the land of the Shasu of Yahweh’. Terdapat beberapa analisa dari para arkeolog soal nama ini Now let us draw some conclusions regarding the Land of the Shasu of Yahweh. Since no geographical term that is anything like Yahweh has been identified, this suggests that the hieroglyphic phrase t3 sh3sw ya-h-wa should be translated as “the land of the nomads who worship the God Yahweh” rather than as “the land of the nomads who live in the area of Yahweh.” In addition, the fact that no geographical term anything like Yahweh has been identified also strengthens the likelihood that the words ya-h-wa in the Soleb and Amarah texts are indeed early mentions of the God of Israel. Sekarang mari kita menarik beberapa kesimpulan tentang Tanah Shasu Yahweh. Karena tidak ada istilah geografis yang sesuatu seperti Yahweh telah diidentifikasi, hal ini menunjukkan bahwa frase sh3sw hiroglif ya t3-h-wa harus diterjemahkan sebagai “tanah suku nomaden yang menyembah TUHAN,” daripada sebagai “tanah suku nomaden yang tinggal di daerah Yahweh. “Selain itu, fakta bahwa tidak adanya istilah geografis yang mengidentifikasikan Yahweh juga memperkuat kemungkinan bahwa kata-kata ya-h-wa dalam teks Soleb dan Amarah memang awal menyebutkan dari Allah Israel. Para ahli tersebut berusaha untuk memunculkan istilah Yahweh’ tersebut bukan merujuk kepada nama suatu tempat, tapi merupakan nama sesembahan dari suku nomaden tersebut. Amnehotep III berkuasa tahun 1390 – 1352 BC, jauh sebelum masa pemerintahan Ramses II dan Meneptah, berkuasa tahun 1279 – 1203 BC, yang merupakan Fir’aun yang diindikasikan sebagai masa hidupnya nabi Musa dan peristiwa eksodus sesuai informasi alkitab. Penyebutan nama tersebut memunculkan beberapa pertanyaan terkait dengan beberapa hipotesa tentang nama Yahweh dalam Perjanjian Lama 1. Berdasarkan alkitab, nama Yahweh belum diperkenalkan sebelum peristiwa eksodus, lalu darimana suku nomaden penyembah berhala yang hidup di Palestina mengenal nama tersebut..?? 2. Kalau dipakai hipotesa yang lain yang menyatakan bahwa nama tersebut sudah diperkenalkan namun tidak populer karena manusia yang hidup telah terpisah dari Tuhan , lalu mengapa justru nama Yahweh lebih populer dikenal dari suatu suku nomaden penyembah berhala dan bukan didapatkan dari orang-orang Israel yang hidup ditengah-tengah bangsa Mesir sebagai budak..?? Fakta-fakta tersebut memunculkan suatu kemungkinan bahwa nama Yahweh sebenarnya berasal dari nama berhala yang disembah oleh suatu Shasu diwilayah Palestina, lalu orang-orang Israel yang diselamatkan Musa menyeberang ke wilayah tersebut mengadopsi nama itu menjadi nama Tuhan. Apakah ini mungkin terjadi..?? Kedegilan Bangsa Israel Kita harus terlebih dahulu mengungkapkan bagaimana sebenarnya perilaku kaum Israel pengikut nabi Musa ini. Alkitab menceritakan bahwa karakter mereka yang suka membangkang dan tidak tahu berterima-kasih, termasuk kecenderungan untuk menciptakan Tuhan selain Apa yang disembah oleh nabi Musa. Baru saja mereka diselamatkan dari bangsa Mesir dan menyeberang lautan, mereka mulai bertingkah banyak menuntut kepada Musa, bahkan ketika Musa tidak bersama mereka 40 hari karena sedang berada diatas bukti Sinai, mereka membuat patung sapi dari emas lalu menyembahnya, sehingga Musa sampai marah dan membanting loh-loh batu berisi hukum-hukum Taurat yang didapatnya dari Tuhan. Kerepotan Musa terhadap kelakuan kaumnya ini tercatat pada Kejadian 15 s/d 20 dan Kejadian 32. Sampai akhirnya Tuhan dan Musa sendiri menyatakan prediksi’ tentang masa depan bangsa ini Ini kata Tuhan pada Ulangan 3116-18 TUHAN berfirman kepada Musa “Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan mengikuti allah asing yang ada di negeri, ke mana mereka akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan mengingkari perjanjian-Ku yang Kuikat dengan mereka. Pada waktu itu murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap mereka, Aku akan meninggalkan mereka dan menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, sehingga mereka termakan habis dan banyak kali ditimpa malapetaka serta kesusahan. Maka pada waktu itu mereka akan berkata Bukankah malapetaka itu menimpa kita, oleh sebab Allah kita tidak ada di tengah-tengah kita? Tetapi Aku akan menyembunyikan wajah-Ku sama sekali pada waktu itu, karena segala kejahatan yang telah dilakukan mereka yakni mereka telah berpaling kepada allah lain. Ini kata Musa seperti yang tercatat pada Ulangan 3124-29 Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu dalam sebuah kitab sampai perkataan yang penghabisan, maka Musa memerintahkan kepada orang-orang Lewi pengangkut tabut perjanjian TUHAN, demikian “Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau. Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati. Suruhlah berkumpul kepadaku segala tua-tua sukumu dan para pengatur pasukanmu, maka aku akan mengatakan hal yang berikut kepada mereka dan memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap mereka. Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan tanganmu.” Bahkan sampai dijaman Yesus Kristus, alkitab mencatat kelakuan bangsa Israel ini melalui kecaman Yesus terhadap mereka, seperti yang ada dalam Matius 2313-36 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karen…a kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh, dan berkata Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku coba diganti dengan Allah mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!” Informasi ini menunjukkan bahwa keingkaran bangsa Israel terhadap nabi-nabi mereka terjadi terus-menerus mulai dari jaman Musa sampai ke jaman Yesus Kristus. Indikasi alkitab tentang kelakuan bangsa Israel ini dikonfirmasi oleh Al-Qur’an [7138] Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata “Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan berhala sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan berhala”. Musa menjawab “Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui sifat-sifat Tuhan”. [7139] Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan. Informasi dari alkitab dan Al-Qur’an ini membuka peluang bahwa masuknya Tuhan selain apa yang diajarkan kepada bangsa ini merupakan suatu keniscayaan, bahwa suatu waktu ketika Musa telah meninggal, maka bangsa Israel akan menyembah Tuhan yang lain. Lalu bagaimana cara menjelaskan mengapa nama Yahweh ini bisa masuk kedalam Perjanjian lama..?? Terdapat penelitian para ahli alkitab yang menyatakan bahwa 5 kitab pertama dari Perjanjian Lama yang disebut sebagai Taurat/Pentateuch yang semula diklaim ditulis oleh Musa, merupakan hasil tulisan banyak orang yang dilakukan setelah Musa, sekalipun sebagian isinya memang merupakan ajarannya. Kitab yang berisi informasi tentang pertemuan Musa dengan Tuhan yang memunculkan nama Yahweh bukan tidak mungkin berasal dari orang-orang Israel setelah kematian Musa yang diprediksi sendiri oleh Musa akan melakukan penyimpangan terhadap apa yang sudah diajarkannya. Secara umum Documentary Hypothesis adalah teori yang mengatakan bahwa 5 kitab pertama dalam Alkitab Pentateukh tidak ditulis oleh seorang penulis, melainkan dikumpulkan dan diedit dari karya-karya lainnya oleh beberapa orang penulis. Sebagaimana halnya sebuah catatan sejarah, isi dan arah informasi yang terdapat didalamnya selalu terkait dengan kepentingan siapa yang menulisnya. Ketika bangsa Israel memasukkan nama Yahweh kedalam Taurat mereka, maka mereka memperkirakan akan munculnya pertanyaan dari orang-orang ”Mengapa nama tersebut tidak pernah disebut oleh nenek-moyang kita sebelumnya..??”, terlihat kesan bahwa ayat yang berbunyi tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri’ sengaja dicantumkan untuk mengantisipasi pertanyaan ini. Namun penulis yang lain kemungkinan ingin memuat bahwa nama ini sudah dikenal dan disebut oleh nenek-moyang mereka karena nama Tuhan yang tidak dikenal sebelumnya dan tiba-tiba muncul pada jaman Musa terlihat tidak begitu meyakinkan, lalu sipenulis tersebut memunculkan penyebutan nama tersebut pada Kejadian 27 dan 426. Kelakuan bangsa Israel ini terhadap kitab mereka makin memperjelas bahwa apa yang mereka buat merupakan suatu kitab sejarah yang tambal-sulam. Berdasarkan urut-urutan penjelasan diatas mulai penjelasan alkitab dan Al-Qur’an tentang peristiwa pertemuan Musa dengan Tuhan, pengungkapan beberapa hipotesa terhadap kapan pertamakali munculnya nama Yahweh, temuan dan analisa prasasti Amenhotep III, informasi kedegilan bangsa Israel, pendapat ilmiah tentang sipenulis Taurat/Pentateuch, maka kita bisa menarik suatu benang merah akan kemungkinan nama Yahweh tersebut merupakan nama yang dimunculkan belakangan oleh bangsa Israel, diadopsi dari suatu nama berhala yang disembah oleh sebuah kaum nomaden di wilayah Palestina.. Sumber Dishare Oleh Ujewongkito
Namayang terdiri dari 4 konsonan yang disebut tetragramaton dan kerap dibaca Yahweh ini dikhususkan untuk menyebut nama diri Allah. Nama ini dinyatakan pertamakalinya kepada Musa di Gunung Horeb (bdk. mulai dari yang moderat hingga yang sangat ekstrim (misalnya penafsiran bahwa perempuan adalah penolong yang berasal dari dan atas nama