BacaJuga: Tutup Usia, Dalang Kondang Ki Seno Nugroho Dimakamkan Siang Ini. Salah satunya adalah Marilyn, bule Prancis yang mengambil jurusan tari di Solo, sedangkan satu lagi yaitu Misaki, WN Jepang yang sedang belajar pedalangan dan karawitan di kampusnya. Saat berbincang dengan Marilyn, Ki Seno membuat penonton tertawa gara-gara gayanya yang
Jakarta - Banyak orang, terutama generasi muda di kota-kota besar di Indonesia, meremehkan profesi dalang yang terkesan 'ndeso' dan tidak satu kali pentas, seorang dalang bisa mendapat penghasilan antara Rp 5-10 juta. Itu dalang yang belum terkenal. Bagaimana dengan dalang yang sudah punya nama?"Wah, bisa Rp 50 juta ke atas, ratusan juta malah," kata pengamat pewayangan dari Pusat Data Wayang Indonesia Sumari Adi Wiguno di Gedung Pewayangan Kautaman kepada detikHOT, Senin 26/8/2013. Bayaran yang wajar karena pekerjaan dalang tidak mudah. Semalam suntuk membawa lakon dengan peran dan suara berbeda. Belum lagi memakai segala perlengkapan yang cukup ribet."Seperti yang sering dilihat. Perlengkapannya ya seperti itu pakai blangkon, pakaian Jawa rapi. Kalau suara nggak ada latihan suara khusus. Latihannya ya pentas berulang-ulang itu," lebih dari itu. Tarif seorang dalang juga ikut ditentukan berbagai faktor. Pertama, pengalaman pentas. Kedua, tempat pertunjukan dimana. Ketiga, durasi pentas. Terakhir, kedekatan dengan pengundang. "Event juga penting. Kalau event-nya besar masa tarifnya standar. Ya, disesuaikan dan biasanya fleksibel," kata mencetak dalang-dalang berkualitas, peningkatan jumlah lembaga pendidikan formal di bidang itu sudah mulai terasa. Animonya sendiri terbilang cukup baik. Yang menarik, peminat-peminat sekolah dalang adalah mereka yang datang dari kelas menengah ke bawah, berada di luar kota besar, dan masih kental dengan pakem tradisi."Biasanya seperti itu. Jarang sekali anak-anak muda di kota besar mengambil sekolah khusus dalang. Kalau di daerah itu kan masih kuat anggapan dalang itu profesi yang terhormat. Kalau berhasil, ya menjanjikan," apa saja sih syarat untuk menjadi seorang dalang berkualitas? Sumari bilang, yang paling utama adalah minat. "Paling penting minat dulu, suka dulu. Kalau bakat 30 persen-lah. Sama kesempatan. Jadi, minat, bakat, dan kesempatan," katanya. utw/utwUntukitu, tiada kenaikan tarif elektrik kepada pengguna-pengguna domestik di Semenanjung; (ii) Pengenaan surcaj 3.70 sen/kWj dikekalkan kepada pengguna bukan domestik iaitu pengguna komersil dan industri. Pada masa yang sama, Kerajaan turut memutuskan harga ayam di pasaran tidak akan diapungkan. Harga siling baharu akan diumumkan dalam masa
FilterBukuNovel & SastraSosial PolitikLainnyaFashion PriaBatik PriaMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata 299 produk untuk "seno nugroho" 1 - 60 dari 299UrutkanAdBuku Wisanggeni Sang Buronan - Seno Gumira Ajidarma - DIVA SlemandjendelobukuTerjual 3AdBuku Sepotong Senja untuk Pacarku By Seno Gumira BaratShowroom 22AdBuku Wisanggeni Sang Buronan - Seno Gumira Ajidarma - DIVA BantulDiva Press 6AdNovel Drupadi - Seno Gumira 2%Kab. KlatenJambusari KomikAdDiskursus Metode - Rene Descartes Bapak Filsafat Modern SelatanJaya Book StoreSisa 3WAYANG KULIT PUNOKAWAN VERSI SENO Magelangmanunggal jaya 11wayang kulit bagong seno nugroho Magelangmanunggal jaya artSATU SET WAYANG KULIT PUNOKAWAN VERSI SENO Magelangmanunggal jaya 1wayang kulit bagong seno Magelangmanunggal jaya 5DVD Wayang Lucu Ki Seno Nugroho Serial BAGONG Sukoharjoserba 13
BayuSehat Mandiri Pekalongan - LIVERECORD DALANG KI SENO NUGROHO -- RABINE SETYAKI | Facebook. Log In.YOGYAKARTA, Nama dalang Ki Seno Nugroho melambung di kalangan anak muda. Jadwal pementasan wayang kulit Ki Seno Nugroho terbilang cukup padat. Dari jadwal yang diperoleh dari berbagai media sosial, untuk bulan Agustus 2019, yang kosong hanya tanggal 1, 7, 10, dan ia melakukan pementasan dari pukul WIB sampai WIB, di berbagai kota mulai dari Gunungkidul hingga Jakarta. "Tidur aja, gak ada obat. Tidur cukup saja, besok pagi pulang kita tidur seharian, besuk berangkat lagi. kecuali jaraknya jauh misalnya dari sini terus ke jawa timur, terusan ke sana. Mobil saya kan saya set ada tempat tidure," katanya, saat ditemui Minggu 4/8/2019. Cerita para penggemar Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi salah satu penggemar. Meski tidak fanatik dengan Seno Nugroho namun dirinya senang dengan pertunjukan yang dimainkan. Apalagi, setiap kali pertunjukan ribuan orang selalu memadati lokasi, hal itu bisa digunakan untuk sosialiasasi tentang kebijakan pemerintah. "Saya suka menonton wayang, termasuk Ki Seno," katanya. Baca juga Jokowi Gelar Acara Wayang Kulit di Istana Malam Ini, Didi Kempot Hadir Hal serupa diutarakan dari Penggemar Wayang Ki Seno Nugroho PWKS wilayah Jabodetabek, Oktavianus Dani. Warga Dusun Bogor, Desa Playen ini rela menonton dan melakukan perjalanan sekitar 14 km dari rumahnya menuju ke Balai Dusun Munggi. "Alasan menonton Ki Seno karena lucu. Sering menonton melalui streaming YouTube dan untuk menonton langsung sudah 6 kali," ucapnya. Ada ratusan orang yang menjadi member aktif PWKS wilayah Jabodetabek, yang rutin membagikan jadwal pentas. Lukas Didit penggemar asal Gunungkidul mengaku hampir setiap hari menyaksikan penggalan pertunjukan wayang dalang Seno Nugroho melalui YouTube. "Seno itu mirip dalang Hadi Sugito. selain itu sindennya juga banyak yang muda," lainnya, Bambang Purwanto mengaku sering menyaksikan live streaming melalui gawainya. Dirinya memilih langsung menonton siaran langsung dibandingkan dengan menonton rekaman. "Semalam mau ke Semanu hawanya dingin, maklum sudah tua jadi nonton melalui hp gawai sampai jam WIB," ucapnya. Awal mendalang Dalam laman YouTube "Dalang Seno" yang ditayangkan live tanggal 11 Mei 2019, Seno menceritakan awal mula dirinya sebagai dalang. Dia menceritakan, kakeknya seorang dalang, ayahnya bernama Ki Suparman, merupakan salah satu dalang di Yogyakarta. Sewaktu SMP, Seno diajak ayahnya menonton pertunjukan wayang kulit dengan dalang Ki Mantep Sudarsono di Sasono Hinggil Dwi Abad, Kraton Ngayokyokarto. Pulang dari menonton, dirinya mulai tergugah untuk menekuni seni pedalangan. Baca juga Untuk Pertama Kali, Acara Wayang Kulit Akan Digelar di Istana Saat duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Karawitan Indonsia SMKI sekarang SMK N 1 Kasihan, Bantul, ayahnya ki Suparman itu dirinya dinasehati pamannya, Ki Supardi. "Ki Supardi bilang ke wis loro, bapakmu nguyuh wis getih nek koe ra mayang sopo sik nyulihi bapakmu Bapakmu sudah sakit, bapakmu sudah kencing darah. Siapa yang akan menggantikan bapakmu. Dari situ saya tercampuk hati saya," katanya Awal mendalang, dirinya diajak pamannya Supardi mendalang di Mrican, Gejayan, Sleman. Saat itu dirinya diminta untuk ikut mendalang, dirinya mengiyakan tetapi dengan syarat ayahnya tidak boleh menonton. Alasannya, waktu itu karena grogi dan takut. Saat di tengah mendalang, Seno tidak mengetahui jika ayahnya ikut mengiringi dengan memainkan rebab. Mengetahui kehadiran sang ayah, Seno grogi, meski awal pementasan, saat ia belum mengetahui kehadiran sang ayah, pementasan berlangsung lancar. Sebelum meninggal, ayahnya menuruti keinginannya untuk membeli drum dan kelir. "Bapak saya melihat saya mayang itu sekal," katanya. Dalam vlog itu pun, dirinya menceritakan tentang gaya mendalang yang dipengaruhi oleh beberapa dalang idolanya. Mulai dari Ki Matep Sudarsono, almarhum Hadi Sugito, H Sukron Suwondo, Ki Gondo Darman. Setiap dalang mempunyai kelebihan masing-masing. Sampai luar negeri Selain fokus mendalang dirinya juga berkolaborasi dengan kesenian lainnya. Bahkan, dengan kakaknya Wiroto yang juga koreografer sudah melakukan pementasan di Belanda dan Belgia. Bersama Madusari, grup karawitan di Kanada, mereka berkolaborasi mementaskan wayang di Kanada, tour 7 kota. "Buinos Aires di KBRI Argentina mengikuti festival wayang dunia. Ini yang luar biasa, harusnya saya pentas satu kali, tapi karena luar biasa animo penonton sampai saya pentas 3 kali, harusnya disuruh keempat tetapi saya harus pulang ke Indonesia. Buinos Aires itu luar biasa, saya sampai menangis waktu melihat penonton itu. Karena di negara tidak tahu wayang. Wayangnya hanya mupet boneka itu, kita pesta wayang kulit penontonnya kaya antri tiket box office," ucapnya. Baca juga Pemkot Semarang dan Kemendagri Gelar Pertunjukan Wayang Kulit Gratis Dia mengaku mengidolakan banyak sekali dalang seperti Ki Narto Sabdo, Ki Purbo Asmoro, Ki Mantep Sudarsono, dan Ki Sukron Suwondo. Bahkan, saat senggang dirinya menonton pertunjukan wayang idolanya di YouTube. "Kalau kangen ya kadang nyetel bapak," ujarnya. Seno mengaku banyak orang yang mengusulkan agar dirinya mengikuti gaya ayahnya saat mendalang. Namun, dia berprinsip jika setiap orang memiliki gaya masing-masing. Termasuk kelak anaknya tidak wajib mengikuti gayanya mendalang saat ini. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. KiSeno meninggal pada usia 48 tahun. Almarhum menekuni dunia pedalangan sejak usia 10 tahun dan mengawali kariernya sebagai dalang di usia 15 tahun, saat masih duduk di Sekolah Menengah Kesenian Yogyakarta. Darah seninya di dunia dalang didapat dari sang ayah. Ayah Ki Seno adalah seorang dalang, almarhum Ki Suparman Cermo Wiyoto. 2.